Rabu, 02 Februari 2011

Phom rak khun MAMI !


Phom rak khun MAMI !

1
Pagi Yang Paling Cerah
Tanggal 19 Juni 2001 adalah hari senin yang sangat cerah di Bangkok, karena pada malam harinya hujan lebat mengguyur kota dan udara dingin seakan mengikis tulang – tulangku , memang selama 2 tahun tinggal di Thailand baru malam kemarin kurasakan perubahan cuaca yang sangat dasyat .  Aku bukan orang yang suka bangun pagi, terutama pada hari di bulan Juni yang selama 3 tahun aku lalui di Thailand selalu habis di guyur hujan . Tapi hari ini aku tampak bersemangat menuju kampusku . Sedari tadi, dari jendela kamar flatku tampak telah ratusan mobil melintas di jalan pada pukul setengah delapan . Tapi hari ini keberuntungan masih berpihak padaku , karena mobilkulah yang masuk pelataran kampus yang paling pertama . Tampak sepi , tapi lebih baik daripada harus berjalan pelan – pelan secara paralel dengan mobil lain untuk mencari parkir.
Aku segera pergi ke ruang para pengajar di Universitas , ohh ternyata yang kutemukan hanya 10 meja kosong yang belum berpenghuni , 1 papan tulis elektik, beberapa kursi , 2 televisi , sebuah telepon dan 5 lembar koran hari ini . Kemudian aku membaca sekilas berita koran hari ini , dan dengan cepat – cepat ku rapihkan kembali agar tak terlihat bahwa aku adalah orang yang pertama kali membacanya .






Selamat Pagi, Tio ,” sapa Park Hio, sahabatku yang berasal dari Korea Selatan menyapaku sambil asik menyedot susu sapi hangat dan melepaskan jaket biru bergambar bendera Korea Selatan kesayangannya , sahabatku ini memang memilik rasa Nasionalisme yang tinggi kepada Negaranya .
Selamat Pagi, Park ,” sahutku sambil tersenyum kearahnya .
 pasti keperluan kamu hari ini ingin bertemu dengan  Prof. Pat  ,” ucap Park lagi kepadaku , aku yang membenarkan pernyataannya mengangguk dan lagi – lagi tersenyum untuk yang kedua kalinya .
Lalu Park permisi pergi , dan berjanji bahwa nanti malam akan datang berkunjung ke flatku untuk menghabiskan malam bersama . Aku sambil melambaikan tangan mengiyakan penawaran dia .










2
Prof. Pat dan Ruang Waktu “ Mr. Hologram “ Penelitianku
Setiap pemikiran yang hebat menurutku adalah sebuah relatif dan perspektif, bagi seekor lebah dengan bunga tulip yang cantik dapat berarti bagi semua orang dan bahkan dunia milik mereka berdua . dan Shinawatra University bagiku merupakan gelembung emas yang membuatku selalu terpesona dibuatnya, hingga waktuku untuk meraih gelar Doktor semakin dekat . Bagiku Shinawatra University bagaikan sebuah kota besar yang selalu di jejali oleh mahasiswa seluruh dunia untuk menimba sebuah ilmu . Thaksin Shinawatra adalah pemilik saham paling besar dari Universitas ini , cukup memadai fasilitas disini semua tampak berjalan seperti girr besi yang menggunakan kecanggihan teknologi modern . Maka cukup besar biaya yang harus dikeluarkan untuk duduk didalam kelas Shinawatra University . Aku cukup beruntung, karena aku sampai disini atas biaya sebuah Foundation milik perusahaan rokok terbesar di Indonesia yang serius menangani pendidikan di Indonesia , dengan jaminan IPK yang ku raih ditiap semester harus 3,45 keatas . Syukurlah aku mampu .
Jam tanganku menunjukkan pukul setengah 10 tepat , dan dari kejauhan seorang bapak tua yang menenteng tas hitam tergopoh – gopoh mendekat ke arahku , ya itu Prof. Pat , seorang guru besar Fakultas Science and Technology, Shinawatra University, yang amat dikenal selalu tepat waktu  . Aku cepat – cepat berdiri dan menghampirinya .
 Saya tidak terlambat bukan ?” dengan wajah bertanya – tanya .

3

 ohh tidak Prof, saya hanya datang lebih awal saja” jawabku dengan ekspresi sedikit salah tingkah .
 baik, mari masuk . sebaiknya kita berbicara di ruangan saya ,” sambil membuka pintu ruangan bercat putih dan luas dan mempersilahkan aku untuk masuk kedalamnya . Aku pun mengikutinya dari belakang dan mengambil posisi duduk berhadapan dengan Prof.Pat .
Pembicaraanpun dimulai , aku menjelaskan semua yang telah aku dapatkan dari penelitianku dan aku juga menyerahkan sebuah buku berisi desertasiku untuk meraih gelar Doktor kepada Mr.Pat yang didalamnya berisi lengkap data dan hasil yang telah aku peroleh selama 2 tahun melakukan penelitian untuk karya akhirku disini. Ya, Penelitian yang kuberi nama dengan sebutan Mr. Hologram . Aku telah menciptakan sebuah penelitian gelombang elektomatik dari sinyal Hologram yang mampu menembus sebuah ruang dan waktu . Mungkin dapat disebut seperti ruang waktu milik si Doraemon kucing ajaib dari abad masa depan yang filmnya sering sekali diputar hingga kini, disalah satu televisi swasta di Indonesia . Terus terang juga , aku memperoleh ide untuk penelitianku juga dari Film tersebut.
     Prof. Pat membaca catatan penelitianku dengan sangat serius, aku berkali – kali memperhatikan mimik serius Prof.Pat yang kadang tersenyum , kaget , berdehem dan diam . Aku yang didepannya terus terang berharap – harap cemas , dan mencoba menerka – nerka apa yang sebenarnya ada didalam pikirannya .

4


Apa penelitianku aneh, tidak tepat ataupu terlalu menghayal ?. Aku hanya diam saja sambil menggerak – gerakkan kaki dan mataku menerawang keluar jendela yang polos tanpa gorden diruangan ini , dan kutemukan sahabatku Charlie Tu sedang berbicara serius dengan calon suaminya . Charlie juga sahabat terbaikku yang berasal dari Thailand , dia cantik tak jarang banyak mahasiswa disini memburunya untuk dijadikan pacar atau hanya bisa mengajaknya makan. Setiap pukul 10 pagi dialah yang selalu siap berdiri diluar kelas untuk menyanyikan lagu kebangsaan Thailand . Aku jadi tersenyum membayangkan tingkahnya .
     Lamunanku terpecah , tak kala Prof. Pat berdiri dari kursinya , aku makin salah tingkah ketika ia menoleh juga kearah jendela memperhatikan Charlie dan kemudian menatapku , dalam hati pasti aku salah dan senyumanku tadi pasti terlihat oleh Prof.Pat . Aku makin salah tingkah , keringat mulai bercucuran dan tanganku sekejap membeku dingin seperti es . Kali ini Prof.Pat berdehem dan terus memperhatikan sikapku , aku hanya menunduk ingin memulai pembicaraan tapi rasanya lidahku telah kaku .
 Tio , bagaimana menurut anda penelitian yang telah anda buat hingga hasilnya sekarang ,” bagai disambar petir , aku mencoba kuasai diriku dan menjawabnya .




5
maaf prof atas kelancangan saya , menurut saya, penelitian saya bukan penelitian khayalan, karena saya melakukan penelitian dengan memanfaatkan sebuah gelombang elektromagnetik dan sinyal hologram dengan hitungan ilmu fisika yang tepat dan itu mampu menghasilkan sebuah mesin waktu dan saya memiliki bukti yang akurat. Bahkan kapanpun dan dimanapun , Prof ingin mencoba mesin waktu yang saya ciptakan saya siap mengujinya , demikian Prof argumen dari saya. Mohon bila ada yang tidak lengkap , saya menginginkan Prof untuk mengoreksi kesalahan saya. Terimakasih ,” . Prof. Pat hanya memperhatikanku sambil tersenyum , lalu berdiri lagi dari kursinya dan memandang kearah jendela ,
 Tio, saya rasa...,”. lama ia berfikir, saya makin tak karuan menunggu jawabannya .
 saya rasa, 3 hari kedepan mari kita melakukan uji penelitian yang telah kamu kembangkan ini, bila benar cocok seperti yang kamu katakan tadi dan sesuai dengan buku yang tadi saya baca, maka saya persilahkan kamu untuk sidang bulan depan “. Aku seakan berhenti bernapas dan berubah menjadi tawa bahagia. Cepat aku berdiri dari tempat dudukku ,berjabatan tangan dengan Prof. Pat
baik Prof, saya tidak sabar menunggu 3 hari lagi, terimakasih Prof Prof. Pat tersenyum dan saya berlalu pergi meninggalkan ruanganya.




6

3
Membuat Bangkok Selalu Istimewa
Untuk ukuran Indonesia, Thailand adalah sebuah kota kecil yang luasnya hanya sebenar Pulau Jawa menurutku .Walaupun dianggap kecil, bagi sebagian masyarakat Asia, Thailand merupakan daerah kunjungan wisata yang paling diminati hingga saat ini, terutama Pantai Pattaya yang letaknya diarah barat kota Bangkok yang selalu ramai dengan hiruk pikuk wisatawan pada akhir pekannya, sebagian dari mereka menyebutnya “ Pantai Leonardo Di Caprio “, entah mengapa nama bintang film hollywood sangat terkenal disana, tapi aku telah punya jawabannya, karena pantai Pattaya pernah menjadi sebuah tempat lokasi shooting “ Film The Beach “ yang aktor utamanya adalah si tampan Leonardo Di Caprio , maka tak jarang sebagian besar wisatawan menyebutnya begitu . Bahkan pemerintah membuat sebuah papan nama dengan nama Leonardo Di Caprio Beach. Sungguh beruntung Leonardo, namanya dapat abadi di suatu tempat terindah di Thailand.
Bangkok memiliki toko – toko, penyedia jasa, pertunjukkan musik, bioskop lokal dan tentu saja, pekan raya bazar . Pusat kota di Thailand sama seperti Orcid Road di Singapore tetapi memiliki nama yang berbeda yaitu Plaz City. Masyarakatnya sangat religius, karena ajaran Trevadaa yang mereka anut . banyak kuil Budha disana yang dibangun dari berbagai macam material, berupa botol, getah karet dan sebagainya, yang pada intinya ingin memberikan penghargaan yang tertinggi kepada Tuhan dengan akal yang manusia miliki.


7
Yang unik disini, yang hingga kini sering membuat saya terdiam yaitu, setiap pukul 10 pagi dan 4 sore di seluruh wilayah Thailand akan menghentikan seluruh aktivitasnya dan sama – sama menyanyikan lagu kebangsaan Thailand, konon menurut Charlie itu telah dilakukan selama berpuluh – puluh tahun lamanya. Mungkin bayi berumur 4 tahun pun pasti telah hapal lagu kebangsaan Negaranya lebih dini dibandingkan bayi – bayi negara lain, sungguh hebat . Maka, banyak speaker – speaker pengeras suara disudut jalan di seluruh Thailand, speaker itu berfungsi sebagai pengingat waktu pada jam – jam menyanyikan lagu kebangsaan . Keindahan Negeri ini tak berenti sampai disini , banyak sudah yang aku temui dan aku mencoba menelaahnya . ternyata bangsa oriental ini memiliki semangat hidup dari filosofi – filosofi yang mereka terapkan dalam kehidupan mereka. Pelan – pelan roda kemajuan Thailand kini mulai terlihat. Banyak pendatang yang datang dan memilih menetap tinggal dan membangun sebuah usaha disini . Bangunan – bangunan di pusat kota yang tak sedap dipandang mata, dipermodalkan oleh para pendatang tersebut dan menjadi sebuah bangunan yang apik dan berfungsi secara ekonomi. Bagus, hingga kini bangkok semakin bersoleh, mempercantik diri .







8

4
Menghadiri Pesta Perkawinan Charlie
Sore ini aku pulang dengan perut penuh terisi, bagaimana bisa ? ya, tentu bisa. Hari ini adalah hari perkawinan Charlie sahabatku, yang memilih menikah sebelum sidang peraihan gelar dimulai bulan depan. Akupun sebelumnya tidak tahu menahu akan pesta tersebut, memang tidak banyak teman kuliahku yang diundang mungkin bisa ku katakan perkawinanya tertutup. Tapi Park yang memberitahuku dengan membawa selembar undangan berwarna putih lengkap dengan aksen huruf thailand, hampir saja membuatku pingsan . tanpa basa basi aku berganti pakaian dan menuju Sheraton Ballroom Hotel di pusat kota, sebuah hotel mewah berbintang 5. Baru kali ini aku menghadiri perkawinan ala Thailand setelah 3 tahun tinggal di Thailand, ritual pertama para tamu masuk kedalam ballroom megah Sheraton Hotel, lalu terlihat jejeran – jejeran meja bulat yang berisikan 5 buat kursi yang bisa diisi oleh para tamu, aku pun duduk berdekatan dengan Park.
Tio, sungguh megah ya. Beruntung Charlie, saya sangat bahagia,” ucap Park yang mengenakkan kemeja batik dengan motif Jogja kepada saya, batik itu saya berikan kepada Park 1 tahun yang lalu sebagai hadiah ulang tahunnya.
Ya, semoga Charlie bahagia sekarang dan selamanya ,” jawab saya kepada Park sambil memperhatikan MC yang sedang memandu acara. Tak lama kemudian makanan datang, saya tak perlu repot – repot mengantri makanan seperti acara pernikahan di Indonesia pada umumnya, disini kita benar – benar dihargai sebagai seorang tamu.

9


Disaat santap makan akan dimulai, baru munculnya sang pengantin dengan mengenakkan pakaian tradisional Thailand, mempersilahkan para tamu untuk makan, dengan kompak para tamu berdiri mengucapkan terimakasih dan selamat berbahagia . Hingga acara selesai, sang pengantin keluar penuju pintu ballroom dan menunggu para tamu yang hendak pulang sambil bersalaman dan mengucapkan terimakasih .
Tio, pernikahan disini sungguh unik,” Park mencoba menanyakan pendapat saya, atas pesta yang terdiri dari 100 tamu ini,
menurut saya, pernikahan ini sungguh bermakna, tidak perlu mewah tapi mampu membekas dihati pada setiap undangan yang datang,” Park tampak setuju akan jawabanku itu.












10


5
Uji Penelitian Yang Sangat Mendebarkan

Hari ini, tepat jadwal yang telah di ajukan Prof. Pat kemarin kepadaku untuk melakukan uji penelitian akan teknologi yang aku ciptakan dan ku beri nama Mr.Hologram . Aku membawa Tim ku yang terdiri dari beberapa adik kelasku di Shinawatra dan beberapa rekan setingkatku , aku membawa Mr.Hologram ku sebuah mesin yang besarnya tak lebih dari sebuah pintu dan 1 set peralatan komputer sebagai mesin pengoprasian. Target percobaan pada hari ini dengan memakai sebuah tikus putih yang akan di pindahkan kemana saja dengan radius perpindahan terdekat 1 km dari Shinawatra University dan disana telah menunggu tim dari asisten Prof. Pat . Aku dan Prof.Pat mulai menyiapkan peralatan , Prof.Pat duduk sambil memperhatikan penjelasanku dan membawa sebuah buku catatan kecil untuk mencatat pembahasanku . Tikus putih telah disiapkan, radius pengiriman telah atur dengan jarak yang telah di sepakati tadi dan mesin komputer telah dimasukkan sebuah nomer chip untuk memulai percobaan ini .
3 kali percobaan, 2 kali gagal tidak sampai jarak 1 km dan yang terakhir tepat pada sasaran . lumayan stres dibuatnya, akhirnya ku tutup percobaan itu dan disambut dengan tepuk tangan dari tim dan Prof. Pat . Banyak catatan yang aku dapatkan dari Prof. Pat, akan kesalahan sasaran didalam percobaan tadi. Sudah seharusnya aku siap untuk memperbaikinya , yang membuatku sedikit lega, aku tetap diperbolehkan untuk sidang pada bulan depan .

11
6
Rindu Indonesia
Hari ini tak beraktifitas, menonton televisi di kamar tercinta, aku melihat ada demo hari ini dan rupanya para perkumpulan orang – orang yang terpinggirkan , suara orang – orang yang biasanya tidak didengarkan aspirasinya oleh pemerintah setempat, yaitu warga yang sudah manula, para ibu dan anak – anak . Setiap Negara pasti memiliki masalah, hingga ketika telepon genggamku berdering, ternyata dari Eyang ku.
 Halo tio “, dengan suara bahagia
Halo Eyang , apakabar Eyang ?,”  tanyaku kepada wanita yang paling kusayangi .
Eyang putri dengan Eyang Kakung baik yo. Kamu apakabarnya nak ?,” aku tersenyum mendengar kabar baik dari mereka
Tio kabar baik juga eyang, doakan ya bulan depan Tio akan sidang untuk studi gelar Doktor ,”.  Aku tahu eyang putri sedang berdoa dalam hatinya 
Alhamdullilah, Tio . Eyang doakan semoga selalu dilindungi Allah dan cepat kembali ke Indonesia ,”  aku tersenyum kecut
Terimakasih Eyang ,”  sekarang suara berubah menjadi suara pria tua
 Tio, jadi kapan akan kembali kerumah mami,” tanya eyang kakung dengan antusias kepadaku .

12
Mungkin nanti ,” aku menjawabnya setengah tak bersemangat “
 Yasudah, wess yoo .. sesuk eyang telpon lagi yoo nak , assalamualaikum,”  aku membalasnya dengan pikiran menerawang kemana – mana .
Wa’alaikumsalam Eyang ,” .
     Kapan kembali ke Indonesia ?” pertanyaan itu sepertinya selalu ku tunggu, ku rindu sekali dengan kedua eyangku . Ingin rasanya melihat mereka sibuk begitu tahu aku sudah berdiri didepan pagar rumahnya. aku kangen masakan eyang putri , ingin rasanya detik inipun aku kembali ke Indonesia, tapi bila teringat mami .. aku akan mencoba sekuat tenaga untuk melupakan rencana itu .











13


7
Sidang Untuk Meraih Impian
Matahari belum bisa menembus gorden tirai penutup jendela kamarku , tapi dengan penuh percaya diri aku telah rapi dengan 1 set jas lengkap dengan dasi dan sepatu pantofel hitam yang mengkilat karena goseran semir sepatu ajaib yang ku beli malam lalu di Plaz City . berkali – kali ku menoleh ke arah kaca, Untuk mengetahui apakah ada yang kurang atau lebih bagus aku tambahkan lagi untuk penampilanku menghadapi 5 dosen penguji. Aku menyeduh kopi dan duduk di sisi tempat tidur , kopi memiliki kandungan kafein yang mampu membuat kendor urat syarafku. Kurasa, saat semua hal dan penyelesaian dalam hidupku menjadi sangat rumit , bahkan selagi banyak persimpangan jalan yang memiliki banyak arah dan tujuan, hubunganku dengan banyak orang menjadi sangat begitu alami, Namun itulah yang membuatku menjadi sangat spesial . aku teringat Eyang yang kemarin meneleponku , mungkin sekarang ia telah khusyu mendoakanku. Ini bukan hanya cinta tulus bahkan lebih dari itu, perasaan hormat, empati, saling memiliki itu timbal balik . Perasaan yang tulus akan kedua eyangku yang menangis sejadi – jadinya pada 3 tahun lalu pada saat ia melepasku pergi ke sini . Pagi – pagi yang cerah ini semakin mengobarkan perasaanku untuk siap menerjang hambatan didepanku .
     Aku bergegas meluncur dengan mobil kesayanganku menuju gedung utama Shinawatra University , parkiran tampak lengang dengan cepat aku sudah berada di lobi gedung utama . Park dan Charlie duduk – duduk sambil sarapan roti isi ikan , dari dekat Charlie memanggil namaku .

14
Tio .. mari makan , ini sudah saya siapkan untuk kamu juga ,”
aku menghampirinya dan menyambar roti isi ikan buatan Charlie , rasanya luar biasa lezatnya dan ini roti favorit kita bertiga, menurutku sejak menikah ada perubahan dalam diri Charlie yang paling mencolok, yaitu dia lebih anggun dan menjaga tutur bahasanya . Tak heran suaminya adalah salah satu pemilik perusahaan timah terbesar di Thailand, maka sudah menjadi kewajiban untuk dia menjadi nyonya pengusaha untuk lebih anggun dan menjaga sikap .
Charlie, lezat sekali, Aku makin siap untuk sidang hari ini karena roti buatanmu”  Charlie hanya tersenyum, dan memberikan ku 1 botol air mineral dan sepotong buah kiwi . Aku menerimanya dengan berbinar – binar , beruntung sekali pria yang menikahi Charlie, Ia sungguh perhatian . Park yang duduk disebelah kiri Charlie tampak serius melahap bacaan buku tebal yang aku tahu buku itu sebagai bahan untuk sidang .
 Tio, Charlie sebaiknya kita berdoa bersama sekarang , “ Aku dan Charlie mengiyakan ajakan Park , dan kami mulai berdoa bersama .
     Satu demi satu peserta sidang telah keluar dari ruang sidang dengan berbagai ekspresi , Park dan Charlie juga telah keluar dari ruangan dengan ekspresi yang datar dan sangat pucat . Menurutku sudah biasa , pasti tim dosen telah siap untuk menjatuhkan kita . Hingga akhirnya giliranku , Park dan Charlie memelukku dan memberi semangat kepadaku , aku masuk dengan membawa alat ciptaanku dan beberapa berkas .

15
5 dosen terduduk dengan rapi di kursinya masing – masing, dengan berbagai macam makanan kecil dihadapannya .
 Selamat siang Tio ,” Prof. Pat mengulurkan tangannya dan kami saling berjabatan begitu juga dengan 4 dosen yang lain . Aku memulai sidang itu dengan pasti dan tenang , aku melakukan percobaan untuk menguji kecanggihan Mr. Hologram ku, ke 5 dosen mengajukan pertanyaan yang kadang membuatku terdiam sejenak untuk menjawabnya alias tidak mudah tapi ada juga yang mudah dan membuatku langsung menjawabnya dengan pasti . 2,5 jam aku didalam ruangan hingga akhirnya mereka menyatakan aku Lulus dengan nilai yang sangat baik .
Aku menyerahkan  Mr. Hologramku kepada tim ku didalam dan berlari keluar . Kebahagiaanku membuatku larut dalam suasana , kami saling berpelukan hingga Charlie meneteskan airmata tanda bahagia . Dan kami berniat merayakannya di sebuah Bar nanti malam .










16


8
Malam Yang Indah
Malam itu , aku menunggu dua sahabatku di Bar yang menjadi tempat kami bertemu , aku memilih untuk duduk – duduk dilantai 2 bar tersebut . Bar ini sungguh unik karena kita bisa melihat pemandangan Bangkok dari kejauhan dan itu tampak indah . Di tempat itu terlihat jalan – jalan yang lurus, membentang seolah tidak pernah terputus. Tidak ada belokan yang tajam, sesekali ada tikungan hanya berupa lengkungan setengah lingkaran yang tidak kentara .
Itulah yang kusukai dari pemandangan disini , yaitu pemandangan arah barat kota bangkok karena keadaannya selalu berubah. Dan perubahannya tidak seperti daerah pinggiran yang berganti wajah seiring dengan dibangunnya sebuah rumah makan mewah khas Thailand disana , atau kota – kota sebelah barat berubah seiring dengan bertumbuhnya gedung – gedung pencakar langit yang tinggi , tapi perubahan itu bagaikan seperti Negara yang sedang tumbuh dan berkembang . Jarang ada toko – toko dipinggir jalan yang tak beraturan . Dua menit sangat berarti untuk menilai perkembangan akan pemandangan kota Bangkok pada malam hari.
Park dan Charlie datang secara bersamaan dengan mengenakan pakaian yang sewarna yaitu putih . Pesta mulai digelar , botol beer yang satu hingga botol berikutnya dikeluarkan , sungguh malam yang gila . Kami layaknya bagai remaja yang baru mengenal kehidupan malam dan merayakan sebuah ujian kelulusan dengan penuh kebahagian yang tiada tara .

17
Tapi pada malam itu sedikit aku terdiam , karena aku berfikir .
waktuku sudah semakin dekat untuk bertemu mami dan aku tidak suka itu”. 
Kami menghabiskan malam di bar hingga pagi , kami saling berbagi pengalaman dan kenangan , antara suka dan duka dan menyikapi kehidupan yang akan datang setelah ini selesai . Rasanya , jangan cepat berakhir dan pasti suatu hari aku akan mengenangnya dan mencoba untuk terus mengenangnya dengan menambah bumbu untuk mempercantik kenangan itu .
Akhirnya waktu yang aku tunggu dan banyak mahasiswa lainnya untuk di Wisuda telah datang ,semua tampak bahagia dan satu sama lain saling mengucapkan selamat dan semoga berhasil . Aku menikmatinya, banyak keluarga para wisudawan dan wisudawati datang menghadiri acara yang cukup formal nan megah itu . Tapi aku, tetap hanya sendiri . Dari kejauhan sambil membawa Handycam yang ku miliki , aku asik merekam suasana acara bebas pada siang itu , Park dengan pamannya tengah asik menceritakan bagaimana ia telah berhasil menciptakan sebuah air isi ulang yang diproduksi secara mahal dengan memanfaatkan sebuah sinar blue light , sang paman tampak bangga terlihat dari pancaran matanya . Begitu juga dengan Charlie , yang tampak cantik bergandengan mesra dengan sang suami dan terlihat beberapa pengawal mengawasi mereka , seolah – olah dengan setia menjaga keselamatan kedua majikannya . Semua orang memiliki caranya masing – masing menurutku dan ini adalah cara yang telah ku lakukan untuk menumpahkan kebahagiannku .

18
Hingga usai dan ku kembali ke kamar kecilku untuk merapihkan barang – barangku  untuk rencana hidupku selanjutnya .

9
Malam Paling Menyiksa
Malam itu aku tengah asik merapihkan barang – barangku , tak terasa besok aku akan kembali ke Indonesia , terkenang sewaktu ku TK , temanku Marcus selalu berbicara “ Tio ini tanah air Beta “ , sebuah kalimat pembangkis semangat , aku terduduk di sofa dekat kamar tidurku , dengan 2 perasaan berbeda . Apakah aku harus kembali besok ? atau menunggu beberapa hari lagi disini , positif dan negartif aku pikirkan , tapi janji tetaplah janji aku harus menepatinya dengan perasaan tersiksa sekalipun .
Telepon genggamku berdering, hingga 10 kali deringan , baru ku ingin menengoknya . Ooohh.. ternyata Mami, aku tak tampak antusias malas rasanya mendengarkan suara wanita itu . Tapi akhirnya dengan perasaan beku, ku angkat telepon dari Ibu, tampak sayup – sayup nada bahagia diujung telepon ku dengar .
Tio : “ halo..assalamualaikum,”
Mami      : “Wa’alaikumsalam nak, bagaimana apakah jadi pulang ke Indonesia ?.”
Tio : “ Jadi ,” ( sinis )


19

Mami : “ pukul berapa pesawatmu akan take off ? ,”
Tio : “ besok pagi penerbangan TG433 Pukul 8.20 ,”
Mami : “ Mami sudah menyiapkan acara kecil – kecilan buat
        menyambut Kedatanganmu,”
Tio : “ Terimakasih, sudah ya aku mau menyiapklan barang
        barangku lagi ,  tadi sedikit belum selesai ,”
Mami : “ baiklah, hati – hati sampai jumpa dirumah,
        ehh..iya hampir saja mami Lupa, Pak Hasyim akan
        menjemputmu dibandara besok. Dagggg...”
Selanjutnya telepon ditutup, aku tetap diam. Ahhh ada – ada saja , aku seperti pecundang yang kalah perang dan pergi dengan membawa bendera putih tanda menyerah kepada musuh . Aku benci keadaan ini , ini bagaikan mimpi terburuk dalam hidupku. Yang pertama, aku harus bertemu dengan papi, mami dan kedua adikku . Yang ketiga, aku harus tinggal bersama mereka dalam waktu yang lama . Ini adalah neraka sebelum mati .
     Dari hari ke hari, duniaku semakin sempit. Rasanya aku tak ingin membuka pintu dan berjalan keluar karena ku takut menemukan sesuatu yang dapat mempengaruhi hidupku . Ini adalah hari dimana ku tertekan , lebih baik bekerja, mengamati suhu politik disini dan kuliah yang menguras tenaga daripada harus memikirkan kehidupan dirumah . Aku menarik nafas panjang, merenung dan memaksa diriku berdiri lebih tegar daripada sebelumnya.


20
Aku Yakin, aku mampu mengatasi semua masalah hidupku tanpa bantuan orang lain selama hidupku . Tidak ada masalah dalam keadaanku saat ini yang tak dapat kuatasi.
Setelah selerai mempaketkan seluruh barang – barangku , terasa sekali keheningan yang membuat hatiku damai dan jantungku berubah menjadi berdebar – debar hingga membuat bulu kudukku merinding seketika . Ahhh aku tegar .. aku keras kepala dan tentu aku tidak sendirian . Kamar yang telah ku gelapkan terasa kosong pada malam ini . Ini malam yang paling menyakitkan bagiku .

10
Kembali ke Indonesia
Bawaanku seberat kurang lebih 1 kg yang akan ku bawa terbang ke Indonesia , sangat dikit untuk orang yang akan meninggalkan suatu Negara yang telah 3 tahun lamanya ia tinggali . Ya tentu , barang- barangku yang lain aku kirim melalui jasa ekspedisi langsung ke rumah eyang , karena aku sadar tentu akan over load bila semuanya berbarengan naik pesawat bersamaku . Take Off pukul 8.20 waktu setempat dan jam tanganku menunjukkan pukul 8 tepat , sebentar lagi , aku akan meninggalkanmu Thailand, Negara yang telah memberiku banyak pelajaran tentang hidup dan insya allah akan menjadikanku lebih dewasa dari 3 tahun yang lalu .
Aku duduk di ruangan VIP bandara , lumayan gratis penumpang kelas bisnis Thai Airlines mendapatkan 1 paket Starbuck coffe di Vip lounge bandara , aku memanfaatkan kesempatan ini .

21

Aku duduk sambil menghisap 1 batang rokok kretek buatan Thailand , tak lama kemudian pesananku datang dengan diantar seorang wanita cantik dengan wajah khas gadis – gadis Thailand pada umumnya disini . Aku menoleh ke arah kaca jendela lounge ini , terlihat pesawat – pesawat yang datang dan pergi , ya mungkin itulah kehidupan ada datang dan pergi , seperti terminal saja tempat persinggahan manusia sebenarnya . Bapak tua dengan ramah duduk menghampiriku , setelah berbicara pendek ternyata ia juga akan terbang menuju Indonesia . Keperluaannya disini hanya jalan – jalan memuaskan hobi travellingnya .
Sungguh nikmat , sudah setua itu , ia masih memikirkan kepuasan lahir dan batin yang ada didirinya terus dipupuk , kehidupannya sungguh seimbang, semakin subur hingga pada akhirnya ia tidak mempermasalahkan  lagi bahwa umur bukanlah suatu halangan untuk kita mencapai sesuatu . Dia banyak bercerita tentang hidupnya , aku menanggapi sebisaku hingga kami seolah menjadi sepasang anak dan bapak .
Orang Indonesia memang dikenal loyal di Negara lain , dan selalu dianggap kaya . Karena mereka disana selalu berlomba membelanjakan uang – uang mereka karena adanya budaya memberi oleh – oleh di Indonesia . Aku yang pernah mendengar cerita beberapa temanku dari Negara lain yang Negaranya sering menjadi favorit kunjungan orang Indonesia hanya tersenyum mendengar cerita – cerita mereka . Bahkan tidak jelek, Indonesia dikenal memiliki rakyat yang hampir pasti kaya raya . Ada benarnya ada juga tidak .


22
Hingga akhirnya pemberitahuan telah dikumandangkan bahwa pesawat Thai Airlines tujuan Indonesia akan segera take off , aku bergegas masuk kedalam pesawat , mengambil posisi senyaman mungkin untuk melalui 5 jam perjalanan menuju Indonesia . Aku tak mau memikirkan akan hal yang akan ku temui disana , lebih baik membaca buku pikirku .


11
Indonesia Aku Datang !
Indonesia, negara ku yang sangat aku cintai. Negara yang terletak di garis khatulistiwa, dengan alam yang sungguh makmur. Indonesia, oh elok indah nan rupawan. Terbentang indah kekuasaan Tuhan. Bagaimanapun, aku cinta Indonesia. Disini aku dilahirkan, dibesarkan oleh orang tua ku. Sejelek apapun, serendah apapun, Indonesia adalah negaraku. Pantaslah aku bersyukur pada Tuhan atas anugerah yang diberikan kepada Indonesia. Aku akan bangga kepada Indonesia, jika Indonesia menjadi lebih baik. Mungkin itu yang ada didalam hatiku begitu aku tiba di Bandara Soekarno – Hatta . Melihat dan mendengar banyak orang berbicara bahasa ibu . ya , Aku telah sampai disini.
Aku telah tiba di Indonesia, menatap satu masa depan yang baru dan tentu kehidupan yang baru . Indonesia yang telah lama ku tinggali untuk menuntut ilmu kini akhirnya aku kembali jua .


23



Ku dorong tas yang ku naikkan diatas troli , pikiranku mulai melayang berjalan menuju eyang. Aku tak peduli, walaupun mami bilang, Hasyim yang akan menjemputku. Kakiku terus melangkah, mencari taksi untuk menghantarkan rinduku ini untuk kedua eyangku di Depok . Baik , aku harus ke Depok ! tidak ada yang bisa melarangku .
Aku telah duduk didalam Taksi , ku bebaskan pikiranku untuk berlari kesana dan kemari, Kunikmati sungguh hembusan udara kesejukkan AC yang menyambut laju rinduku untuk kedua eyangku. jiwaku gelisah, menata ulang kenang-kenangan tercantik dalam hidupku. Ku ingin segera bertemu dengan 2 pahlawan bagi hidupku .

11
Pahlawan Bagi Hidupku
Beranda rumah eyangku, penuh dengan rumah-rumahan kecil dari kayu jati asli  dan bambu beratap genting berwarna coklat tua khas jawa kuno, dimana dari dulu aku sering bercengkrama dengan mereka di bawa pohon palem dekat pendopo kecil itu. Kami bertiga juga selalu menciptakan resep kuno bercita rasa cinta  adalah kumpulan ramuan makanan Jogjakarta, yang sungguh aku percaya, adalah kebijaksanaan cita rasa yang amat surgawi mewujud di bumi.
Tidak ada yang berubah dari rumah eyangku , aku telah sampai didepan rumah eyang , aku membuka pagar dan segera menerobos kedalam .

24

Eyanggg..Assalamualaikum    aku sedikit berteriak , tak sabar ingin segera masuk dan bercengkrama dengan mereka .
Wa’alaikumsallam “ suara wanita tua yang sangat khas ku kenal. Dan memandang kedatanganku dengan terkaget – kaget .
Ya.. allah Tio, Eyang rindu sekali “ . Eyang memelukku sambil meneteskan airmata . Erat sekali pelukannya kurasakan , seperti ada hawa hangat masuk kedalam rekung hatiku yang paling dalam , seakan – akan ku menemukan kedamaian surgawi .
Tio juga kangen sekali dengan Eyang “. Kataku sambil melepaskan pelukkannya dan menariknya masuk kedalam rumah yang sudah 3 tahun ku tinggali .  tak lama kemudian , muncul lelaki tua dari dalam kamar yang paling pojok didalam rumah itu , ya itu eyang kakungku. Masih sehat dan tampak gagah , sungguh kebahagiaan yang tiada tara . Aku bergegas menghampirinya dan memelukknya sama seperti yang telah ku lakukan kepada eyang putriku .
Eyang, Tio telah kembali ke Indonesia !” suaraku sedikit bergetar , tak mampu menahan haru .
Selamat dating Tio , terimakasih ya Allah kami dapat berkumpul lagi “ kata eyang dengan bijaknya . Akhirnya kami duduk di sofa ruang keluarga , dan berbagi cerita . Kedua eyangku ini memang pemerhati yang paling teliti bagi hidupku . Aku sangat mencintainya . sambil mengeluarkan kue – kue kecil didalam lemari kecil di ruang keluarga , eyang putriku mengajukkan suatu pertanyaan yang membuatku menjadi diam .

25

“ Tio , kenapa kamu kesini ? bukannkah mami kamu sudah menyiapkan sebuah acara pengajian kecil dirumahnya , untuk menyambut kedatangan kamu ? bahkan memang kami berdua akan kesana juga “ Tanya eyang putriku tampak bingung .
Iya Eyang , Tio tahu . Tapi Tio rindu sekali ingin bertemu eyang disini “ jawabku, sedikit mencari alasan .
Tapi kamu harus tinggal dirumah mami besok, begitu bukan janjimu kepada mami ?
Iya eyang  aku seolah tak bersemangat , dan tak tahu harus memulai dari mana untuk melangkahkan kakiku ke rumah mami .
Yasudah, nanti malam kita harus segera ke rumah mamimu , kasihan dia menunggumu , eyang yakin ia telah mengutus orang untuk menjemputmu dibandara tadi. Eyang akan mengabarkannya melalui telepon , bahwa kamu singgah sebentar dirumah Eyang “ .
Aku hanya diam , tak mampu berbicara panjang . Kemarahanku tiba – tiba muncul kepada wanita yang telah melahirkanku 29 tahun lalu . Aku tak sudi bertemu dengannya apalagi harus berkumpul bersama keluargaku disana . Dan aku juga tidak ingin mengecewakan kedua eyangku , pahlawan dalam hidupku . Yang telah menghidupiku hingga aku mampu bertahan dan berdiri bangga seperti sekarang .



26


12
Hari Yang Paling Menyakitkan
Jakarta malam ini membuatku sedikit sentimental , betapa tidak kemacetan disana sini . Aku hanya diam didepan kemudi stir mobil dihadapanku . Pikiranku tertuju pada suasana didalam rumah mami . Kedua Eyangku asik membicarakan kemacetan dan lalu lintas Ibukota Jakarta yang menurutnya telah mengalami kemajuan . Bagiku, sama saja .
Akhirnya mobil bisa melesat dengan cepat, kupilih jalur tol menuju perumahan mandiri BSD City . Ya, disana tempat keluarga kandungku tinggal . Eyang bilang , Ayahku sekarang telah menjadi salah satu anggota DPRD Provinsi Banten . Hebat .. tapi aku tak peduli dan Adik laki - lakiku Gathan telah menyelesaikan studi S1 nya dan Anissa adik perempuanku yang paling kecil baru mengenyam pendidikan tingkat 4  Fakultas Kedokteran Universitas Swasta di Jakarta . Cukup berita terbaru , tapi tetap aku tak peduli . Untuk apa aku tinggal dirumah itu , tak berguna sama sekali .
Aku cukup tak mengenal BSD malam hari , sudah banyak perubahan yang aku rasakan . Banyak bangunan baru disini . Kemajuan yang cukup pesat . Eyang menunjukkan arah rumah yang hendak kami tuju dan akhirnya sampailah disebuah rumah mewah dengan cat hijau dan berarsitektur minimalis . Halaman luas, dan asri karena banyak sekali tanaman disitu . Kami turun, Mami ku menyambut kedatangan kami . Tapi aku tak ingin segera masuk , aku ingat Boma.

27



Beruang madu yang memang sejak dari bayi telah dirawat oleh keluarga kami . Surti pembantu yang cukup lama mengabdi kepada keluargaku menunjukkan dimana letak kandang Boma . Dan benar saja , Boma sudang sangat besar sekarang bahkan bagi ukuran manusia ia sudah dewasa . Aku tersenyum melihatnya, ia bangkit dari duduknya mendekati teralis besi sebagai pemisah antara aku dan Boma . Seakan – akan dia tahu dan ingin menyambut kedatanganku . Boma memang sangat akrab denganku dulu , dan mungkin itu yang ia rasakan sekarang .
Aku tinggalkan Boma , dan menuju ruang keluarga melalui pintu belakang . Surti bilang , pengajian telah usai dari sore tadi . setiap langkah ku amati bagian demi bagian dari rumah mewah ini , cukup rapi dan tersusun dengan apik perabotan disini . Ada foto keluarga dengan bingkai ratusan ribu terpampang kokoh dengan gagahnya. Ya , didalam foto itu terdapat Papi, Mami, Gathan dan Anissa . Dimana aku ? miris rasanya , aku mencoba menguatkan diriku lebih kuat dari sebelumnya . Aku ? siapa aku ? aku hanya anak buangan bagi Mami ku dan banyak orang yang tidak tahu selain diriku sendiri , jadi untuk apa aku disini . Aku hanya diam , aku yakin aku kuat dan tetap berwajah ceria dari sebelumnya .
Aku lupakan peristiwa foto murahan itu , aku terus berjalan menuju ruang keluarga . Di atas sofa empuk tampak telah menungguku Papi, Mami, Anissa, dan Gathan . Eyang kakung dan Eyang Putri telah asik menyiapkan makan malam untuk kami yang aku tahu mungkin Eyang telah menyiapkan waktu untuk aku dan keluargaku menjadi sedikit lebih akrab .

28
Papi menanyakan hal – hal seputar studi ku, begitu juga mami . Aku hanya menjawab dengan sinis . Bahkan mataku asik memperhatikan gerak gerik ke-4 keluargaku  . Anissa bergelayut manja bersenderan di lengan mami begitu juga Gathan . Miris rasanya , aku merasa iri .
Aku merasakan cemburu yang teramat sangat dan ini sangat menyakitkan menyaksikan ke-4 keluargaku saling bercengkrama. Seolah mereka ingin memamerkan sesuatu kisah saling mengasihi antar keluarga yang tidak pernah aku dapatkan . Aku marah, ingin sekali aku menangis , ini sangat membuatku terluka . Aku berjanji aku tak akan pernah mau berbaik hati dengan semua penghuni yang ada didalam rumah ini kecuali Surti dan Pak Hasyim . Jangan salahkan aku, bila aku membenci kalian .

12
Hari Ulang Tahunku
Tak terasa bulan telah berganti begitu cepatnya sudah 6 bulan aku berada di Indonesia . Hari ini Desember 2001 , dan hari ini hari ulang tahunku bertepatan dengan Hari Natal dan libur yang di rayakan oleh penduduk yang beragama Nasrani . Sepanjang jalan dihiasi dengan lampu – lampu warna warni , pajangan natal yang memamerkan suasana keagamaan yang kental didepan gerbang mall – mall mewah Jakarta . Musik natal mengalun diradio yang aku nyalakan didalam mobil sedari tadi . Hujan turun sepulang ku dari kantor , aku memilih untuk tidak segera pulang kerumah , aku mengarahkan mobilku menuju Jakarta Pusat melihat gereja Katredral disana .

29

Aku dulu adalah pemeluk Nasrani taat , tapi itu bisa berubah pada waktuku SMP karena aku mengalami sakit keras hampir kehilangan nyawa dan hingga suatu malam aku bermimpi bertemu wali songo penyebar agama Islam di Indonesia , yang sejarahnya telah aku ketahui dari pelajaran di sekolah . Didalam mimpi itu mereka mampu menyembuhkanku dan mimpi itu aku sampaikan kepada Eyangku . Akhirnya eyang memanggil seorang kyai yang cukup ternama untuk menyembuhkanku dan menceritakan mimpiku kepadanya . Hingga akhirnya dalam 2 hari pengobatan aku berhasil sembuh. Dari situ ku putuskan, bahwa Islam agamaku dengan membaca 2 kalimat syahadat.
Kupandangi gereja Katedral, aku senang mengamati orang – orang yang melupakan urusan dunia dan memilih mendekatkan diri kepada Tuhan  Tak bermaksud apa – apa , aku hanya ingin mencari perubahan suasana dan malas untuk cepat pulang kerumah . Bagiku aku tak mendapatkan kebahagiaan disitu .
Telepon genggamku berbunyi, ku meliriknya ahhh,, dari mami untuk apa ia meneleponku . Apakah ia masih ingat kepadaku, bukankah tiap kali ku sampai dirumah ia tengah asik bercengkrama dengan kedua adikku tanpa memperdulikan keberadaanku .
Halo Assalamualaikum
Halo Tio, Selamat Ulang Tahun . Mami mencarimu tadi pagi , ingin menyerahkan sebuah bingkisan spesial untukmu “ jawab mami berbinar – binar.


30
Oohh..” aku tak acuh menanggapi sesuatu yang mami anggap spesial baginya untukku.
Kapan kamu tiba dirumah ? “ Tanya mami dengan sangat antusias .
sebentar lagi , tunggu saja” jawabku dengan setengah malas.
baik nak, sampai bertemu dirumah
Setelah itu terdengar nada telepon ditutup , aku menarik napas panjang . Ternyata mami masih ingat ulang tahunku . Cukup membuatku sedikit bahagia , tapi jangan harap kau meminta lebih dariku .

13
Kemarahanku memuncak
Malam itu ditengah guyuran hujan aku telah sampai didepan pintu gerbang rumah mewah milik keluargaku , ku bunyikan klakson mobil tak ada satupun orang yang keluar . Kupencet nomer rumah yang ada didalam ponsel, nada tersembung tapi tak ada juga yang mengangkat . Aku semakin kesal dibuatnya, rasanya kesabaranku telah habis . Aku memutuskan untuk keluar dari dalam mobil, tak peduli basah kuyup sekalipun, aku memanjat pagar rumah yang lumayan tinggi dan membutuhkan tenaga serta keberanian untuk memanjatnya .
Toh memang benar, aku masuk kedalam rumah, dengan kunci cadangan yang aku punya .


31

Disana aku melihat Mami yang sudah tertidur pulas bersama adik perempuanku Anissa didepan ruang keluarga dengan televisi yang masih asik menyala, bagaikan dongeng penghantar tidur mami dan adikku . Aku bergegas kekamar Surti dan Hasyim untuk meminta mereka membuka pagar dan memasukkan mobilku ke garasi .
Masih kekesalanku memuncak, tatkala aku membuka pintu kamar dan melihat perubahan letak perabotan dalam kamarku.
siapa yang berani merubah kamarku ?” ucapku dalam hati .
kenapa meja kesayanganku harus ditukar dengan yang baru dan aku tidak suka ini !” aku bergegas membangunkan mami , aku memiliki sifat yang tidak suka menunda – nunda masalah . Ku meluncur ke ruang keluarga, tempat dimana mami tidur bersama adikku . Dengan suara keras aku bangunkan ia .
Mamiiii… pasti mami yang merubah bentuk kamarku kan ?” emosiku memuncak, mami yang kaget dengan nada bicaraku memandangku dengan begitu cemas.
Iya , Tio . Meja itu baru , sedari siang mami berusaha mencari meja itu bersama Anissa keliling Jakarta. Mami membelikan itu, karena mami sering sekali melihatmu menumpuk buku – buku diatas meja, dan mejamu yang kemarin mai rasa sudah tidak muat untuk menampung buku bacaanmu . Mami hanya ingin kamarmu rapih dan kamu semakin bersemangat untuk membaca  jawab mami dengan hati – hati kepadaku .
Buat apa ?????? buat apa itu semua mami ? mami hanya buang – buang uang saja , aku tidak suka itu . Toh meja yang lama masih mau menampung buku – bukuku. Toh ia juga tak pernah merasa keberatan dengan apa yang aku lakukan!

32

Mami membuatku kecewa, karena aku tidak pernah tinggal dengan mami maka mami ingin menerka – nerka isi hatiku, begitu ? “ . aku marah sejadi – jadinya aku menganggap perbuatan mami tidak sesuai dengan jalan pikiranku .
Itu hadiah dari mami dan adik – adikmu Tio , dan ini juga jam tangan untukmu . Mami dan adik – adikmu selalu memperhatikanmu, mami melihat jam yang kau kenakkan itu sudah tidak layak pakai lagi , kamu seorang Phd, kamu harus selalu menjaga gelar itu dengan penampilanmu” jawab mami dengan penuh pembelaan kepadaku.
Simpan saja hadiah mami, untuk dua orang anak mami yang begitu mami kasihi. Aku tidak butuh, aku tidak suka !” kontan seluruh orang didalam rumahku keluar dari kamarnya dan memandang aku dan mami dengan tatapan penuh tanya. Mami menangis dan segera aku tinggalkan ia .
Aku benci sekali dengan malam ini, aku merasa mami hanya mencari – cari alasan untuk mengambil hatiku, aku anak yang pernah ia buang dari aku berumur 2 bulan setelah dilahirkan dan dengan mudahnya ia menitipkan aku kepada eyang . Begitu egoisnya mami, kenapa mami tidak menerimaku dulu ? kenapa sekarang, mami dengan sekuat tenaga mendekatiku dengan mudahnya ? untuk apa , aku pun tak suka tinggal didalam rumah ini . Baik, besok aku akan kembali kerumah eyang aku rasa, Desember awal yang tepat untuk merubah semuanya dan aku harus selalu menjaga jarak dengan mereka .



33

14
Phom rak khun MAMI !
Pagi aku bergegas berangkat kekantor tanpa kata sedikitpun dengan mami dan beberapa orang yang ada didalam rumah dan sedang mengawali harinya dengan sarapan pagi. Aku tak ikut sarapan pagi ini, tak perlu aku terbiasa hidup susah pikirku , tak makan 3 haripun aku rasa aku mampu . Mami dan adik adikku hanya memandangiku yang tampak acuh dihadapan mereka . Aku tak peduli, biarkan saja, mungkin banyak huruf bahkan kalimat yang menari – nari dikepalanya setelah melihat sikapku pagi ini .
Surti membuka garasi, segera ku gas dengan cepat mobilku keluar dari dalam garasi. Jakarta tak semacet yang aku pikirkan hari ini. Bagus, membuatku sedikit santai dan melupakan keadaan panas didalam rumah sedari malam. Hingga saat sore setelah ku menyelesaikan seluruh pekerjaanku, aku mencoba merapihkan meja kerjaku pekerjaan rutin yang selalu aku rapihkan dari awal ku bekerja dan bergabung disebuah lembaga penelitian milik Pemerintah ini.
Aku teringat rencanaku, bahwa mala mini aku akan kembali kerumah eyang. Bosan rasanya harus rebut dengan mami yang ku anggap tidak sejalan pikirannya denganku .
Cukup larut aku pulang malam ini pukul 23.30, Aku memang sengaja pulang larut malam. Agar tidak ada pertanyaan basa basi yang akan mami lontarkan kepadaku. Dan ternyata aku berhasil, semua orang didalam rumah ini sudah terlelap dengan mimpinya .

34

Aku masuk melewati ruang keluarga, kujumpai mami yang tengah tertidur pilas dengan tangan menggenggam remote tv. Tak sadar aku pandangi wajahnya mamiku, yang kemarin malam aku bentak habis – habisan. Ternyata mami cantik sekali, orang yang telah melahirkanku 29 tahun lalu, tersirat garis – garis tanda tua diwajahnya tak menggoyahkanku untuk terpaku terus memandangnya . Sungguh ada kedamaian didalam dirinya. Entah energi darimana asalnya, seakan memoriku diajak untuk mengingat ucapan mami disaat aku berusia 6 tahun dan mami menengokku di rumah eyang, aku ingat betul mami membawa sebuah buku dengan sampul berwarna hitam didalam kamarku .
“Mami itu apa ?” tanyaku dulu kepada mami
“ ini buku mami, kamu belum boleh membacanya” ucap mami kepadaku, seolah merahasiakan sesuatu
“ kenapa Tio tidak boleh membacanya mami ?” kataku setengah memaksa.
“ boleh, tapi nanti kalau kamu sudah sukses dan menjadi orang besar. Baru kamu boleh membacanya” itu janji mami ketika dulu dihadapanku .
Percakapan itu berputar – putar didalam kepalaku, aku ingat dan ingat sekali . Entah mengapa aku ingin sekali menemukan buku itu, buku yang telah mami janjikan . Tak peduli apakah aku sudah menjadi orang besar atau sukses sekarang. Yang pasti aku merasa aku telah mandiri dan berhak membacanya sekarang, sekarang waktu yang tepat.


35

Aku berlari masuk kedalam kamar mami, tak ada keraguan bagiku malam ini. Aku mencari – cari buku itu dengan teliti disetiap sudut kamar mami , saat aku membuka laci meja riasnya aku menemukannya. Ya, buku dengan sampul warna hitam dan begitu tuanya karena termakan usia . Jantungku berdetak kencang, seolah buku ini akan membuka apa yang tak pernah aku ketahui pada masa laluku . aku mulai membacanya dengan sangat hati – hati tak peduli walau mami akan terbangun .
***
25 Desember 1981
Aku telah melahirkan seorang anak lelakiku dengan begitu sehatnya. Aku bahagia, Tuhan terimakasih atas anugerah yang telah kau berikan kepadaku. Aku memberinya sebuah nama yang sangat indah Eko Prasetyo Windari Karso. Semoga kelak ia berguna demi Bangsa dan Negara juga Agama.

15 Maret 1982
Hari ini kebahagiaan seakan – akan terus mengikuti keluarga kecilku, aku senang Tio sudah bisa tengkurap dan mengalami perkembangan yang sangat cepat dari anak – anak seusianya. Ya Tuhan hinggapi dia dengan anugerahmu yang tiada tara , aku semakin yakin dia selalu membuatku tersenyum .

Aku terus membacanya, dengan getaran – getaran keharuan yang tiba – tiba masuk kedalam batinku.

36

5 April 1982
Terimakasih Tuhan, kau telah membagi sedikit rejekimu kepada keluargaku . Aku mendapat panggilan kerja dan besok aku sudah mulai bekerja . Gaji pertamaku besok akan ku habiskan untuk membeli makanan yang bergizi untuk Tio . Aku ingin ia tumbuh sebagaimana anak lainnya .

19 Juni 1982
Kali ini kau memberiku cobaan Tuhan, suamiku terkena PHK dan aku yakin aku kuat untuk mengatasinya . Ya tuhan, semoga kau tahu apa yang terbaik untuk kami .

10 Juli 1982
Tio dengan lincahnya telah bisa berjalan, ini jauh lebih cepat dari perkiraanku sebelumnya. Doakan Mami ya nak’ semoga mami terus bisa membahagiakanmu dan keluarga ini .

25 Agustus 1982
Terimakasih Tuhan, Hari ini tak henti – hentinya aku berucap syukur kepadanya. Aku naik jabatan, semoga kehidupan keluargaku semakin lebih baik dan suamiku cepat memperoleh kerja . Tapi bagaimana ? aku dituntut untuk menyembunyikan Tio oleh perusahaanku, karena Komisaris perusahaan tidak menginginkan karyawan yang telah memiliki anak. Ya Tuhan apa yang harus kulakukan , jangan pisahkan aku dengan Tio.
37


29 Agustus 1982
Dengan berat hati aku meninggalkan Tio, dan Ayah Ibuku dengan penuh keyakinan akan merawat Tio. Maafkan Mami nak, Mami harus memilih agar kau selalu bisa kenyang dengan susu formula yang terbaik .

Airmataku mulai menetes, Ternyata mami adalah pahlawan untuk keluargaku . Lembar demi lembar ku buka , terus ku buka dengan emosi perasaan bersalah masuk kedalam hatiku .

Hingga aku melihat , goresan tinta yang belum begitu mengering , aku yakin belum lama mami menulis tulisan ini . Aku mencoba menguasai diriku , aku mencoba mengeja huruf demi huruf yang bersambung menyusun suatu untaian kata tulus dari seorang ibu .
25 DESEMBER 2001
Hari ini Tio berulang tahun , sedari siang aku mencari kado bersama Anissa . Aku sering memperhatikannya , sepertinya ia memerlukan sebuah meja yang lebih besar untuk meletakkan buku – bukunya . Dan di Pasar Modern aku menemukan meja itu . Semoga Tio senang dengan kado yang kami berikan . Aku juga membelikan ia sebuah jam tangan , aku ingin iya selalu ingin cepat pulang kerumah setelah memakai jam tangan itu , sebagai tanda bahwa ia harus mengingat waktu bahwa keluarga dan Aku selalu menunggunya di rumah .

38
Aku melihat bingkisan berwarna pastel didalam laci mami , dan terlihat dengan mewahnya jam tangan pemberian mami untukku . Airmataku semakin deras mengalir, butiran keringatku berjatuhan menahan perih hati yang aku rasakan malam itu .
“ Ya,, aku tahu jawabannya mami . Aku mengerti yang harus kulakukan , terimakasih Tuhan kau telah membukakan kebodohanku yang melupakan ibuku dan menguburnya dengan pasir dendam yang ku miliki “
Aku berlari menuju sofa dimana Mami tertidur pulas , kupeluk ia dengan erat hingga ia terbangun . Phom rak khun MAMI !AKU SANGAT MENCINTAIMU!!












39